Teks Proklamasi Kemerdekaan Dua Alinea Soekarno Hatta 1945 adalah dokumen paling penting dalam sejarah Indonesia yang dibacakan pada 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB. Menurut data Kementerian Dalam Negeri per 31 Desember 2024, dari 284,97 juta penduduk Indonesia saat ini, mayoritas mengakui pentingnya memahami teks proklamasi sebagai fondasi kemerdekaan bangsa.
Dokumen bersejarah ini menjadi tonggak kemerdekaan Indonesia dari penjajahan yang berlangsung ratusan tahun. Perumusan teks proklamasi berlangsung pada malam 16-17 Agustus 1945, dengan perundingan antara golongan muda dan golongan tua dimulai dari pukul dua hingga empat dini hari. Teks proklamasi yang hanya terdiri dari dua alinea ini kemudian menjadi simbol persatuan dan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Daftar Isi:
- Isi Lengkap Teks Proklamasi Versi Asli
- Sejarah Perumusan di Rumah Laksamana Maeda
- Makna Filosofis Dua Alinea
- Perbedaan Versi Asli dengan Hasil Ketikan
- Fakta Unik Pengetikan dan Pembacaan
- Dampak Proklamasi untuk Indonesia Modern
- Relevansi di Era Digital 2025
Isi Lengkap Teks Proklamasi Kemerdekaan Dua Alinea Soekarno Hatta 1945 (Versi Asli)

Teks Proklamasi Kemerdekaan Dua Alinea Soekarno Hatta 1945 yang asli berbunyi:
“Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia
Soekarno/Hatta”
Perlu dicatat bahwa teks asli menggunakan ejaan lama seperti “menjatakan” (bukan menyatakan), “kekoeasaan” (kekuasaan), dan “tjara” (cara). Dalam naskah asli konsep proklamasi, Soekarno sempat mencoret kata ‘penyerahan’ dan menggantinya dengan kata ‘pengambilan’, hingga diubah lagi menjadi ‘pemindahan’. Kemudian kata ‘dioesahakan’ dicoret dan diubah menjadi ‘diselenggarakan’. Pencoretan ini mencerminkan kehati-hatian dalam pemilihan kata yang tepat untuk mewakili aspirasi bangsa.
Dokumen asli tulisan tangan Soekarno ini kini disimpan di Museum Perumusan Naskah Proklamasi dengan sistem pengamanan khusus untuk menjaga kelestariannya sebagai warisan bangsa.
Sumber eksternal tentang sejarah Indonesia
Sejarah Perumusan Teks Proklamasi di Rumah Laksamana Maeda Malam 16 Agustus 1945

Proses perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan Dua Alinea Soekarno Hatta 1945 berlangsung pada malam tanggal 16 Agustus 1945 sekitar pukul 22.00 WIB, ketika Soekarno menuju kediaman Hatta, lalu bersama Soebardjo dan Soediro berangkat menuju rumah Laksamana Maeda untuk mempersiapkan teks proklamasi.
Rumah Laksamana Maeda dipilih sebagai tempat rapat karena Maeda memberikan jaminan keselamatan. Pertemuan dini hari itu juga dihadiri oleh Nishijima dan Miyoshi, serta golongan pemuda PETA yang sebelumnya telah hadir di tempat tersebut.
Yang hadir dalam perumusan bersejarah tersebut adalah:
- Ir. Soekarno (ketua PPKI, penulis konsep proklamasi)
- Drs. Mohammad Hatta (wakil ketua PPKI, perumus alinea kedua)
- Mr. Ahmad Soebardjo (penasehat, perumus alinea pertama)
- Chaerul Saleh, Sukarni (wakil golongan muda)
- Sayuti Melik (pengetik naskah final)
Pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 03.00 WIB, naskah proklamasi disusun oleh Soekarno, Hatta, dan Soebardjo di ruang makan Maeda. Naskah sebanyak dua alinea yang penuh dengan pemikiran tersebut, selesai dibuat 2 jam kemudian. Pemilihan format dua alinea yang ringkas bertujuan agar mudah diingat dan dipahami seluruh rakyat Indonesia.
Dalam buku ‘Menuju Gerbang Kemerdekaan’ diceritakan, para perumus teks proklamasi santap sahur dengan roti, telur, dan ikan sarden. Detail ini menunjukkan bahwa perumusan dilakukan di bulan Ramadhan, menambah nilai sakral bagi peristiwa bersejarah tersebut.
Makna Filosofis Dua Alinea dalam Teks Proklamasi Kemerdekaan Soekarno Hatta

Teks Proklamasi Kemerdekaan Dua Alinea Soekarno Hatta 1945 memiliki makna filosofis mendalam di balik kesederhanaannya. Struktur dua alinea ini bukan kebetulan, melainkan desain strategis para pendiri bangsa.
Alinea Pertama menyatakan deklarasi kemerdekaan secara tegas. Kata “kami bangsa Indonesia” menunjukkan kolektivitas bangsa, bukan individu atau kelompok tertentu. Penggunaan kata “menjatakan” mencerminkan gaya bahasa Melayu tinggi yang digunakan pada masa kolonial.
Alinea Kedua membahas aspek teknis transisi kekuasaan. Frasa “dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja” menunjukkan komitmen untuk melakukan peralihan kekuasaan secara teratur dan cepat, menghindari kekosongan kekuasaan yang bisa menimbulkan kekacauan.
Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri per 31 Desember 2024, dari 284,97 juta penduduk Indonesia, hanya 13,6 juta (4,77%) yang merupakan lulusan perguruan tinggi (S1-S3). Ini menunjukkan pentingnya edukasi sejarah yang komprehensif agar semua lapisan masyarakat memahami makna proklamasi.
“Kesederhanaan teks proklamasi justru menjadi kekuatannya. Setiap kata dipilih dengan cermat untuk mewakili aspirasi seluruh rakyat Indonesia.”
Pemilihan bahasa yang sederhana namun bermartabat mencerminkan semangat inklusif, memastikan bahwa pesan kemerdekaan dapat dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa memandang latar belakang pendidikan.
Perbedaan Versi Asli Tulisan Tangan dengan Teks Proklamasi Hasil Ketikan

Banyak yang tidak menyadari bahwa Teks Proklamasi Kemerdekaan Dua Alinea Soekarno Hatta 1945 memiliki dua versi: naskah asli tulisan tangan Soekarno dan naskah ketikan Sayuti Melik yang dibacakan pada 17 Agustus 1945.
Naskah versi ketikan Sayuti Melik memiliki beberapa perbedaan dibandingkan aslinya. Kata ‘Proklamasi’ dalam naskah asli ditambahkan spasi menjadi ‘P R O K L A M A S I’. Kata ‘Hal2’ diubah menjadi ‘Hal-hal’, kata ‘tempoh’ diubah menjadi ‘tempo’, tulisan ‘Djakarta, 17 – 8 – ’05’ diubah menjadi ‘Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05’. Dan tulisan ‘Wakil2 Bangsa Indonesia’ diubah menjadi ‘Atas Nama Bangsa Indonesia’.
Perbedaan utama ejaan antara versi asli dan ejaan modern:
- Asli: “menjatakan” → Modern: “menyatakan”
- Asli: “kekoeasaan” → Modern: “kekuasaan”
- Asli: “d.l.l.” → Modern: “dll.”
- Asli: “tjara” → Modern: “cara”
- Asli: “tempoh” → Modern: “tempo”
- Asli: “sesingkat-singkatnja” → Modern: “sesingkat-singkatnya”
- Asli: “Djakarta” → Modern: “Jakarta”
- Asli: “tahoen 05” → Modern: “tahun 05” (merujuk tahun 2605 kalender Jepang = 1945)
Naskah asli proklamasi ditulis tangan oleh Soekarno, tapi tidak ditandatangani. Kemudian diketik menggunakan mesin ketik milik Angkatan Laut Jerman, karena hanya tersedia mesin ketik dengan huruf kanji Jepang di kediaman Laksamana Maeda. Naskah ketikan ini otentik karena ditandatangani oleh Soekarno dan Mohammad Hatta.
Fakta Unik Seputar Pengetikan dan Pembacaan Teks Proklamasi 17 Agustus 1945

Teks Proklamasi Kemerdekaan Dua Alinea Soekarno Hatta 1945 memiliki sejumlah fakta unik yang jarang diketahui publik:
1. Pengetikan Naskah: Sayuti Melik menyalin dan mengetik naskah proklamasi, menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor perwakilan Angkatan Laut Jerman. Sayuti melakukan beberapa penyesuaian redaksional tanpa mengubah substansi.
2. Waktu Pembacaan: Pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB, di halaman rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, naskah proklamasi dibacakan dalam suasana yang damai. Lokasi ini sekarang menjadi Jalan Proklamasi Nomor 1.
3. Lokasi Awal yang Berubah: Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di Lapangan Ikada, tetapi berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56.
4. Bendera Merah Putih: Acara dilanjutkan dengan pengibaran bendera Merah Putih. Soekarno dan Hatta maju beberapa langkah menuruni anak tangga terakhir dari serambi muka, lebih kurang dua meter di depan tiang.
5. Tidak Ada Teks untuk Hadirin: Soekarno membacakan proklamasi dengan pidato pembuka yang menjelaskan bahwa Indonesia telah merdeka dan bebas dari belenggu penjajahan, sebelum membacakan teks proklamasi di hadapan para hadirin.
6. Rekaman Suara 1951: Suara asli dari Soekarno saat membacakan teks naskah Proklamasi yang beredar saat ini bukanlah suara yang direkam pada tanggal 17 Agustus 1945, melainkan suara asli Soekarno yang direkam pada tahun 1951 di studio Radio Republik Indonesia (RRI).
Dampak Teks Proklamasi Kemerdekaan terhadap Indonesia Modern 2025
Teks Proklamasi Kemerdekaan Dua Alinea Soekarno Hatta 1945 masih memberikan dampak signifikan terhadap Indonesia modern. Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri per 31 Desember 2024, jumlah penduduk Indonesia mencapai 284,97 juta jiwa, naik dari 282,48 juta jiwa pada Juni 2024.
Dampak di Berbagai Sektor:
Pendidikan: Data Kemendikdasmen tahun ajaran 2024/2025 menunjukkan jumlah peserta didik mencapai 53,17 juta siswa yang tersebar di 438.930 sekolah. Teks proklamasi menjadi bagian wajib kurikulum pendidikan nasional dari jenjang SD hingga SMA.
Demografi Pendidikan: Berdasarkan data Kemendagri per 31 Desember 2024, dari 284,97 juta penduduk Indonesia:
- 69,1 juta jiwa (24,3%) tidak/belum sekolah
- 63,95 juta jiwa lulusan SD
- 61,17 juta jiwa lulusan SMA
- 41,08 juta jiwa lulusan SMP
- 13,6 juta jiwa lulusan perguruan tinggi (S1-S3)
Angka ini menunjukkan tantangan besar dalam edukasi sejarah bangsa, terutama untuk memastikan pemahaman mendalam tentang makna proklamasi di semua lapisan masyarakat.
Hukum dan Politik: Teks proklamasi menjadi dasar pembentukan UUD 1945. Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai UUD 1945.
Persebaran Geografis: Data BPS tahun 2024 menunjukkan persebaran penduduk tidak merata, dengan Jawa Barat memiliki 50,35 juta jiwa (17,88% dari total penduduk), diikuti Jawa Timur 41,81 juta jiwa, dan Jawa Tengah 37,89 juta jiwa. Pemahaman sejarah proklamasi menjadi penting untuk memperkuat identitas nasional di tengah keberagaman geografis.
Relevansi Teks Proklamasi Kemerdekaan di Era Digital dan Globalisasi 2025
Di tengah arus globalisasi dan digitalisasi di tahun 2025, Teks Proklamasi Kemerdekaan Dua Alinea Soekarno Hatta 1945 tetap relevan sebagai kompas moral bangsa dengan populasi 284,97 juta jiwa (per Desember 2024).
Relevansi dalam Konteks Modern:
1. Kemandirian dan Identitas Nasional: Semangat “menjatakan kemerdekaan” kini diterjemahkan dalam berbagai aspek kehidupan modern. Indonesia dengan 284,97 juta penduduk (per 31 Desember 2024) menjadi negara keempat terdunia dengan populasi terbesar, setara 3,45% dari populasi dunia.
2. Pendidikan sebagai Fondasi: Dengan 53,17 juta siswa di 438.930 sekolah (tahun ajaran 2024/2025), teks proklamasi menjadi materi wajib yang diajarkan untuk membangun karakter generasi muda Indonesia.
3. Tantangan Literasi Sejarah: Data menunjukkan 24,3% penduduk Indonesia (69,1 juta jiwa) tidak/belum bersekolah, sementara hanya 4,77% (13,6 juta jiwa) yang menyelesaikan pendidikan tinggi. Ini menunjukkan perlunya pendekatan kreatif dalam edukasi sejarah agar pesan proklamasi dapat dipahami semua lapisan masyarakat.
4. Platform Digital Edukasi: Era digital membuka peluang baru untuk menyebarkan pemahaman tentang teks proklamasi melalui berbagai platform online, aplikasi edukasi, dan media sosial, menjangkau generasi muda yang merupakan masa depan bangsa.
5. Persatuan di Tengah Keberagaman: Dengan persebaran penduduk di 34 provinsi dan 514 kabupaten/kota, teks proklamasi menjadi simbol pemersatu yang melampaui perbedaan geografis, etnis, dan budaya.
“Dua alinea sederhana ini mengandung prinsip universal yang tetap relevan: kebebasan dan tanggung jawab dalam bernegara.”
Kesederhanaan teks proklamasi justru membuatnya timeless dan mudah diingat oleh seluruh generasi Indonesia, dari yang lahir sebelum kemerdekaan hingga generasi digital masa kini.
Baca Juga Digital Heritage 2025 Teknologi Preservasi Budaya Modern
Kesimpulan: Warisan Abadi Dua Alinea yang Mengubah Sejarah
Teks Proklamasi Kemerdekaan Dua Alinea Soekarno Hatta 1945 bukan sekadar dokumen bersejarah, tetapi fondasi filosofis bangsa Indonesia yang terus hidup hingga hampir 80 tahun kemudian. Dengan hanya 33 kata dalam dua alinea, para pendiri bangsa berhasil merumuskan aspirasi yang kini hidup dalam 284,97 juta rakyat Indonesia (per Desember 2024).
Data terkini menunjukkan tantangan besar dalam memastikan pemahaman sejarah di semua lapisan masyarakat, terutama dengan 69,1 juta penduduk yang belum/tidak bersekolah. Namun dengan 53,17 juta siswa aktif di sistem pendidikan, ada harapan besar bahwa nilai-nilai kemerdekaan, kemandirian, dan tanggung jawab yang terkandung dalam teks proklamasi akan terus hidup dan relevan menghadapi tantangan masa depan.
Poin mana dari artikel ini yang paling memperdalam pemahaman Anda tentang teks proklamasi? Apakah ada aspek sejarah kemerdekaan Indonesia yang ingin Anda eksplorasi lebih lanjut?
Sumber Data Terverifikasi:
- Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) per 31 Desember 2024
- Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) 2024/2025
- Badan Pusat Statistik (BPS) 2024
- Wikipedia: Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
- Gramedia Literasi: Bunyi Teks Proklamasi dan Sejarahnya
- Sekretariat Negara RI: Detik-Detik Proklamasi 17 Agustus 1945
- Dataloka.id: Jumlah Penduduk Indonesia 2024
Kata Kunci: proklamasi, teks, teks proklamasi, indonesia, soekarno, kemerdekaan, alinea, juta, asli, hatta, proklamasi kemerdekaan, bangsa, soekarno hatta, naskah, modern
