marylandleather.com, 30 APRIL 2025
Penulis: Riyan Wicaksono
Editor: Muhammad Kadafi
Tim Redaksi: Diplomasi Internasional Perusahaan Victory88
Monaco, sebuah negara kota berdaulat yang terletak di Riviera Prancis di Eropa Barat, dikenal sebagai salah satu negara terkecil di dunia setelah Vatikan. Meskipun kecil, Monaco memiliki sejarah yang kaya dan kompleks, terutama dalam perjalanan menuju kemerdekaannya. Kedaulatan Monaco, yang diakui secara resmi melalui Perjanjian Franco-Monegasque pada tahun 1861, adalah hasil dari berbagai peristiwa historis, konflik politik, dan negosiasi diplomatik yang melibatkan kekuatan-kekuatan besar seperti Genoa, Prancis, Spanyol, dan Sardinia. Artikel ini akan menguraikan secara rinci sejarah kemerdekaan Monaco, mulai dari asal-usulnya sebagai koloni hingga statusnya sebagai negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1993.
1. Latar Belakang Awal: Asal-Usul Monaco
Sejarah Monaco dimulai jauh sebelum kemerdekaan nya, dengan akar yang terkait erat dengan wilayah Liguria dan pengaruh Kekaisaran Romawi. Nama “Monaco” berasal dari istilah Yunani Monoikos, yang berarti “rumah tunggal” atau “tempat tinggal terpencil”. Menurut mitologi, Hercules pernah melewati wilayah ini, dan sebuah kuil yang didedikasikan untuknya dibangun oleh orang-orang Phocaean dari Marseille pada abad ke-6 SM.
Pada abad ke-11, wilayah Monaco mulai disebutkan dalam catatan sejarah, ketika sebuah gereja St. Mary dibangun dan sebuah pemukiman kecil berkembang di sekitarnya. Pada tahun 1191, Kaisar Romawi Suci Henry VI memberikan hak kepemilikan atas wilayah ini kepada kota Genoa, menandai awal pengaruh Genovese di Monaco. Pada 10 Juni 1215, sekelompok Ghibellines dari Genoa, yang dipimpin oleh Fulco del Cassello, mulai membangun benteng di atas Batu Monaco (Rock of Monaco), sebuah tanjung berbatu yang menjadi landmark geologis utama wilayah ini. Benteng ini menjadi cikal bakal sejarah modern Monaco.
2. Awal Kekuasaan Dinasti Grimaldi 
Pada tahun 1297, sebuah peristiwa penting terjadi yang menentukan arah sejarah Monaco. Francesco Grimaldi, yang dikenal sebagai Il Malizia (artinya “si licik” atau “si berbahaya” dalam bahasa Italia), bersama anak buahnya menyamar sebagai biarawan Fransiskan untuk menyerbu dan menguasai benteng Batu Monaco. Peristiwa ini menandai awal kekuasaan Dinasti Grimaldi, yang hingga kini masih memerintah Monaco, meskipun dengan beberapa interupsi singkat.
Namun, kekuasaan Grimaldi pada awalnya tidak permanen. Wilayah Monaco sering diperebutkan oleh berbagai kekuatan, termasuk Republik Genoa dan Mahkota Aragon. Baru pada tahun 1419, keluarga Grimaldi berhasil membeli Monaco dari Mahkota Aragon, menjadikan mereka penguasa resmi dan tak terbantahkan atas wilayah tersebut. Pada tahun 1612, Honore II mulai menggunakan gelar “Pangeran Monaco,” menegaskan status Monaco sebagai kepangeranan.
3. Periode Ketergantungan dan Pengaruh Asing 
Sepanjang abad ke-14 hingga ke-18, Monaco berada di bawah pengaruh berbagai kekuatan Eropa, yang memengaruhi tingkat otonominya. Berikut adalah beberapa periode penting dalam sejarah Monaco sebelum kemerdekaan resmi:
a. Pengaruh Spanyol (1641) 
Pada tahun 1641, Monaco menjalin hubungan protektorat dengan Spanyol, yang memberikan perlindungan militer namun juga membatasi kedaulatan Monaco. Periode ini ditandai dengan stabilitas relatif, tetapi Monaco tetap bergantung pada kekuatan eksternal.
b. Pendudukan Prancis (1793–1814) 
Selama Revolusi Prancis, Monaco dianeksasi oleh Prancis pada tahun 1793 dan kehilangan statusnya sebagai kepangeranan berdaulat. Selama periode ini, Dinasti Grimaldi kehilangan kendali atas wilayah tersebut, dan Monaco diintegrasikan ke dalam sistem administrasi Prancis.
c. Protektorat Sardinia (1815–1860)
Setelah kekalahan Napoleon pada tahun 1815, Kongres Wina menempatkan Monaco di bawah protektorat Kerajaan Sardinia. Selama periode ini, Monaco mendapatkan kembali sebagian otonominya, tetapi tetap berada di bawah pengaruh Sardinia. Namun, ketegangan politik muncul di kota-kota Menton dan Roquebrune, yang merupakan bagian dari wilayah Monaco. Pada tahun 1848, kedua kota ini memproklamasikan kemerdekaan mereka, berharap untuk bergabung dengan Sardinia.
4. Perjanjian Franco-Monegasque 1861: Tonggak Kemerdekaan
Puncak dari perjalanan Monaco menuju kemerdekaan terjadi pada tahun 1861 melalui Perjanjian Franco-Monegasque. Peristiwa ini didahului oleh Perjanjian Turin tahun 1860, di mana Kerajaan Sardinia menyerahkan wilayah Nice dan Savoy kepada Prancis. Sebagai bagian dari perjanjian ini, Menton dan Roquebrune, yang mencakup sekitar 95% wilayah Monaco, juga diserahkan kepada Prancis dengan imbalan 4 juta franc. Meskipun kehilangan sebagian besar wilayahnya, Monaco mendapatkan pengakuan kedaulatan dari Prancis melalui Perjanjian Franco-Monegasque.
Perjanjian ini menetapkan bahwa:
-
Monaco diakui sebagai negara berdaulat yang independen.
-
Prancis bertanggung jawab atas pertahanan militer Monaco.
-
Monaco tetap memiliki kebijakan luar negeri yang terpisah, meskipun erat terkait dengan Prancis.
Perjanjian ini menjadi tonggak penting dalam sejarah kemerdekaan Monaco, karena untuk pertama kalinya Monaco diakui sebagai entitas berdaulat oleh kekuatan besar Eropa. Namun, ketergantungan pada Prancis untuk urusan pertahanan menunjukkan bahwa kemerdekaan Monaco pada saat itu masih bersifat parsial.
5. Konsolidasi Kemerdekaan dan Pembangunan Ekonomi
Setelah Perjanjian Franco-Monegasque, Monaco mulai membangun identitasnya sebagai negara berdaulat. Pada akhir abad ke-19, Pangeran Charles III memainkan peran penting dalam mengubah Monaco menjadi pusat pariwisata dan perjudian. Pembukaan Kasino Monte Carlo pada tahun 1863 dan pembangunan jalur kereta api yang menghubungkan Monaco dengan Paris menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi.
Pada tahun 1881, bendera merah-putih Monaco secara resmi dipatenkan di bawah pemerintahan Pangeran Charles III. Warna ini diambil dari lambang Dinasti Grimaldi, yang melambangkan keberanian dan kesucian. Bendera ini menjadi simbol kedaulatan Monaco, meskipun kemudian menimbulkan kontroversi dengan Indonesia karena kesamaan warna dengan bendera Sang Saka Merah Putih.
6. Tantangan Abad ke-20
Pada abad ke-20, Monaco menghadapi berbagai tantangan yang menguji kedaulatannya:
a. Pendudukan pada Perang Dunia II
Selama Perang Dunia II, Monaco diduduki oleh pasukan Poros (Italia dan kemudian Jerman). Meskipun Dinasti Grimaldi tetap berada di Monaco, pendudukan ini membatasi otonomi negara. Setelah pembebasan pada tahun 1945, Monaco berupaya memperkuat kemerdekaan nya dari Prancis.
b. Perjanjian dengan Prancis 1918 dan 2002
Pada Juli 1918, Monaco menandatangani perjanjian dengan Prancis yang memberikan perlindungan terbatas dari Prancis, tetapi juga mengatur suksesi tahta. Perjanjian ini menyatakan bahwa jika tidak ada pewaris dari Dinasti Grimaldi, Monaco akan menjadi bagian dari Prancis. Namun, perjanjian baru pada tahun 2002 merevisi ketentuan ini, memastikan bahwa Monaco akan tetap menjadi negara berdaulat bahkan tanpa pewaris langsung, dengan Prancis tetap bertanggung jawab atas pertahanan militer.
c. Pengakuan Internasional
Pada tahun 1993, Monaco menjadi anggota penuh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) setelah perdebatan politik yang panjang. Keanggotaan ini memperkuat status Monaco sebagai negara berdaulat di panggung internasional. Monaco juga bergabung dengan Dewan Eropa pada tahun 2004 dan menjadi anggota Organisasi Internasional Francophonie (OIF), menegaskan hubungan budaya dan diplomatiknya dengan dunia berbahasa Prancis.
7. Kontroversi Bendera dengan Indonesia
Salah satu episode menarik dalam sejarah kemerdekaan Monaco adalah perselisihan diplomatik dengan Indonesia mengenai bendera nasional. Bendera Monaco, yang diadopsi pada tahun 1881, memiliki warna merah di atas dan putih di bawah, serupa dengan bendera Indonesia yang diadopsi pada 17 Agustus 1945. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Monaco sempat menolak mengakui bendera Indonesia dan meminta Indonesia mengganti warnanya, dengan alasan bahwa Monaco telah menggunakan warna tersebut lebih dulu.
Indonesia menolak permintaan ini, dengan alasan bahwa warna merah-putih berasal dari bendera Kerajaan Majapahit, yang telah ada sejak abad ke-13, jauh lebih tua dari bendera Monaco. Akhirnya, kedua negara mencapai kesepakatan dengan membedakan dimensi rasio bendera: bendera Indonesia memiliki rasio 2:3, sedangkan bendera Monaco 4:5. Selain itu, warna merah pada bendera Indonesia lebih cerah, sementara pada bendera Monaco lebih gelap. Perselisihan ini menunjukkan betapa pentingnya simbol nasional dalam menegaskan identitas dan kedaulatan suatu negara.
8. Monaco Modern: Kemerdekaan dan Identitas
Hari ini, Monaco adalah monarki konstitusional yang dipimpin oleh Pangeran Albert II, yang naik tahta pada tahun 2005 setelah kematian ayahnya, Pangeran Rainier III. Meskipun Pangeran memiliki kekuatan politik yang signifikan, pemerintahan sehari-hari dijalankan oleh Menteri Negara, yang biasanya adalah warga negara Prancis yang ditunjuk atas rekomendasi pemerintah Prancis.
Monaco telah berhasil mempertahankan kemerdekaan nya melalui strategi diplomasi cerdas dan diversifikasi ekonomi. Selain pariwisata dan perjudian, Monaco kini dikenal sebagai pusat perbankan dan industri bernilai tinggi yang tidak mencemari lingkungan. Negara ini juga terkenal karena tidak memungut pajak penghasilan pribadi, menjadikannya “surga pajak” yang menarik banyak jutawan dan selebritas.
Monaco juga aktif dalam pelestarian lingkungan, dengan lembaga seperti Museum Oseanografi dan laboratorium lingkungan laut Perserikatan Bangsa-Bangsa yang berbasis di Monaco. Acara olahraga seperti Grand Prix Monaco dan Monte Carlo Rally semakin memperkuat citra Monaco sebagai destinasi global.
9. Hari Kemerdekaan Monaco
Meskipun Monaco tidak memiliki “hari kemerdekaan” resmi seperti banyak negara lain, tanggal 8 Januari 1297 sering dianggap sebagai titik awal kedaulatan Monaco karena penguasaan benteng Batu Monaco oleh Francesco Grimaldi. Namun, beberapa sumber menyebutkan 19 November sebagai Hari Nasional Monaco, yang merayakan hari santo pelindung pangeran yang sedang berkuasa (saat ini Pangeran Albert II). Hari ini lebih merupakan perayaan identitas nasional daripada kemerdekaan secara spesifik.
10. Kesimpulan
Sejarah kemerdekaan Monaco adalah kisah tentang ketahanan, strategi, dan adaptasi sebuah negara kecil di tengah kekuatan-kekuatan besar Eropa. Dari awal mula sebagai koloni Genoa hingga pengakuan kedaulatan melalui Perjanjian Franco-Monegasque 1861, Monaco telah melalui berbagai tantangan, termasuk pendudukan, kehilangan wilayah, dan negosiasi diplomatik. Dinasti Grimaldi, yang telah memerintah sejak 1297, menjadi tulang punggung identitas dan kontinuitas Monaco.
Kemerdekaan Monaco tidak hanya tentang kedaulatan politik, tetapi juga tentang membangun identitas unik sebagai pusat kemewahan, pariwisata, dan inovasi. Dengan keanggotaan di PBB, hubungan erat dengan Prancis, dan posisi sebagai salah satu negara terkaya di dunia, Monaco terus menunjukvenuto bahwa ukuran kecil tidak menghalangi pengaruh global. Sejarah kemerdekaan Monaco adalah bukti bahwa dengan visi dan ketekunan, sebuah negara kecil dapat mencapai kedaulatan dan kejayaan yang abadi.
BACA JUGA: Panduan Perawatan dan Penjinakan Anjing dari Bayi hingga Dewasa
BACA JUGA: Sanctuary untuk Harimau: Konservasi dan Rehabilitasi