Sejarah Kemerdekaan Mauritius: Perjuangan Menuju Kebebasan di Kepulauan Mascarene

Sejarah Kemerdekaan Mauritius: Perjuangan Menuju Kebebasan di Kepulauan Mascarene

marylandleather.com, 26 MEI 2025

Penulis: Riyan Wicaksono

Editor: Muhammad Kadafi

Tim Redaksi: Diplomasi Internasional Perusahaan Victory88

Mauritius, sebuah negara kepulauan di barat daya Samudra Hindia, sekitar 900 km timur Madagaskar, adalah contoh luar biasa dari transformasi pulau kecil tanpa penduduk asli menjadi negara demokrasi yang stabil dan makmur. Dikenal sebagai bagian dari Kepulauan Mascarene bersama Réunion (Prancis) dan Rodrigues, Mauritius meraih kemerdekaan dari Inggris pada 12 Maret 1968, setelah lebih dari tiga abad dijajah oleh Portugis, Belanda, Prancis, dan Inggris. Perjalanan menuju kemerdekaan ini ditandai oleh dinamika kolonial, perjuangan politik, dan keberagaman budaya yang kini menjadi ciri khas Mauritius. Artikel ini menjelaskan secara mendalam sejarah kemerdekaan Mauritius, mulai dari penemuan pulau hingga perkembangan pasca-kemerdekaan, berdasarkan sumber terpercaya seperti Wikipedia, bobobox.com, travel.detik.com, dan salamyogyakarta.com. Dengan ibu kota Port Louis, Mauritius kini dikenal sebagai salah satu negara paling damai dan berkembang di Afrika, dengan ekonomi berbasis pariwisata, keuangan, dan industri.

Latar Belakang Geografis dan Awal Sejarah

Mauritius adalah negara kepulauan seluas 2.040 km², terdiri dari Pulau Mauritius, Rodrigues, Kepulauan Agalega, dan Cargados Carajos (St. Brandon). Pulau utama, Mauritius, terbentuk dari letusan vulkanik bawah laut, dikelilingi oleh terumbu karang terbesar ketiga di dunia, menjadikannya destinasi wisata global. Menurut en.wikipedia.org, pulau ini pertama kali ditemukan oleh pelaut Arab sekitar abad ke-10, yang menamainya Dina Arobi. Namun, Mauritius tetap tidak berpenghuni hingga kedatangan Europeans pada abad ke-16.

Penemuan oleh Portugis (1505–1598)

Mauritius - Wikiwand

Pada 1507, pelaut Portugis Diogo Fernandes Pereira mendarat di Mauritius, menamainya Ilha do Cirne (Pulau Angsa). Menurut id.wikipedia.org, Portugis tidak menetap, hanya menjadikan pulau ini sebagai pos singgah. Pulau ini kala itu adalah habitat burung dodo, spesies endemik yang kemudian punah pada akhir abad ke-17 akibat aktivitas manusia. Portugis tidak menunjukkan minat besar karena fokus mereka ada pada rute perdagangan ke Asia.

Kolonisasi Belanda (1598–1710) Sejarah Penjajahan Belanda di Indonesia (1596 – 1942) dan Kebijakan –  Kebijakannya – Idsejarah

Pada 1598, armada Belanda di bawah Laksamana Wybrand van Warwyck mendarat di Grand Port dan menamakan pulau Mauritius untuk menghormati Pangeran Maurice van Nassau. Menurut bobobox.com, Belanda mulai menjajah pada 1638, mengeksploitasi kayu ebony dan memperkenalkan tebu serta rusa. Mereka juga membawa budak dari Madagaskar untuk bekerja. Namun, kolonisasi Belanda tidak berhasil karena badai tropis, wabah penyakit, dan kesulitan logistik. Pada 1710, Belanda meninggalkan Mauritius setelah menghancurkan sebagian besar infrastruktur mereka.

Kolonisasi Prancis: Isle de France (1715–1810) History

Prancis mengambil alih Mauritius pada 1715, menamainya Isle de France. Menurut travel.detik.com, Prancis mengembangkan perkebunan tebu secara besar-besaran, membawa budak dari Afrika Timur dan Madagaskar untuk tenaga kerja. Port Louis, didirikan pada 1736, menjadi pusat administrasi dan perdagangan. Di bawah gubernur seperti Mahé de La Bourdonnais, Mauritius menjadi pangkalan strategis angkatan laut Prancis di Samudra Hindia. Perbudakan menjadi ciri utama ekonomi kolonial, dengan kondisi kerja yang keras bagi budak Afrika. Menurut bobobox.com, masa Prancis juga memperkenalkan elemen budaya Kreol, termasuk bahasa dan masakan, yang masih terlihat hingga kini.

Kolonisasi Inggris dan Perubahan Sosial (1810–1968) Sejarah Penjajahan oleh Inggris dan Fakta Menarik - Esensi

Pada 1810, Inggris merebut Mauritius dari Prancis selama Perang Napoleon, sebagaimana diatur dalam Treaty of Paris 1814. Nama pulau dikembalikan ke Mauritius. Menurut en.wikipedia.org, Inggris mempertahankan banyak struktur Prancis, termasuk hukum sipil dan bahasa Prancis dalam kehidupan sehari-hari, tetapi mengubah administrasi menjadi sistem kolonial Inggris. Inggris menghapus perbudakan pada 1835, menggantikan tenaga kerja budak dengan pekerja kontrak dari India, yang dikenal sebagai coolies. Menurut liputan6.com, dua pertiga populasi Mauritius saat ini adalah keturunan Indo-Mauritius, sebagian besar dari pekerja kontrak abad ke-19.

Peran Mauritius dalam Perang Dunia II

Menurut bobobox.com, Mauritius memainkan peran strategis selama Perang Dunia II. Inggris menjadikan pulau ini pangkalan angkatan laut dan udara untuk melawan kapal selam musuh di Samudra Hindia. Pulau ini juga digunakan untuk pengumpulan intelijen, memperkuat posisinya sebagai titik strategis di kawasan.

Perkembangan Ekonomi dan Sosial

Di bawah Inggris, Mauritius menjadi salah satu koloni penghasil gula terbesar. Menurut ms.wikipedia.org, tebu menyumbang 90% aktivitas pertanian dan 25% pendapatan ekspor pada abad ke-20. Namun, ketergantungan pada gula membuat ekonomi rentan, terutama saat kemarau 1999. Inggris juga memperkenalkan infrastruktur modern, seperti pelabuhan di Port Louis dan sistem pendidikan dasar. Menurut salamyogyakarta.com, keberagaman etnis Mauritius—Afrika, India, Tionghoa, dan Eropa—membentuk budaya multikultural yang kaya, meskipun juga menimbulkan tantangan sosial.

Perjuangan Menuju Kemerdekaan

Perjalanan Mauritius menuju kemerdekaan dimulai pada abad ke-20, didorong oleh kesadaran politik, reformasi demokrasi, dan tekanan global terhadap dekolonisasi. Menurut id.wikipedia.org, Mauritius mengalami transisi politik yang relatif damai dibandingkan banyak koloni lain, berkat stabilitas sosial dan negosiasi diplomatik.

Kebangkitan Politik (1930-an–1950-an)

Pada 1936, Partai Buruh Mauritius (Mauritius Labour Party, MLP) didirikan oleh Dr. Maurice Curé, mewakili kepentingan pekerja tebu dan kelas bawah. Menurut en.wikipedia.org, partai ini menjadi kekuatan utama dalam memperjuangkan hak pekerja dan reformasi politik. Pada 1947, konstitusi baru memberikan hak suara terbatas, memungkinkan pemilihan legislatif pertama pada 1948. Sir Seewoosagur Ramgoolam, dokter keturunan India yang bergabung dengan MLP, muncul sebagai tokoh kunci. Ia memimpin negosiasi dengan Inggris untuk otonomi lebih besar.

Reformasi Konstitusional (1950-an–1960-an)

Pada 1957, Inggris memperkenalkan konstitusi baru yang memperluas hak suara dan membentuk Dewan Legislatif dengan anggota terpilih. Menurut ms.wikipedia.org, pemilu 1959 dimenangkan oleh MLP, menempatkan Ramgoolam sebagai Pemimpin Pemerintahan. Inggris mulai mempersiapkan Mauritius untuk kemerdekaan melalui konferensi konstitusional di London pada 1961 dan 1965. Namun, perpecahan etnis antara mayoritas Indo-Mauritius (Hindu) dan minoritas Kreol serta Tionghoa memunculkan ketegangan. Partai Mauritian Social Democrat Party (PMSD), yang mewakili Kreol, menentang kemerdekaan cepat, khawatir akan dominasi Hindu.

Konferensi London 1965 dan Isu Chagos

Konferensi London 1965 menjadi titik balik. Menurut en.wikipedia.org, Inggris setuju memberikan kemerdekaan dengan syarat memisahkan Kepulauan Chagos dari Mauritius untuk membentuk British Indian Ocean Territory (BIOT). Ramgoolam menerima kesepakatan ini, meskipun kontroversial, karena dianggap sebagai satu-satunya cara menuju kemerdekaan. Penduduk Chagos diusir paksa, dan pulau utama Diego Garcia disewakan ke Amerika Serikat untuk pangkalan militer. Isu ini tetap menjadi sengketa hingga 2025, ketika Inggris setuju mengembalikan Chagos ke Mauritius melalui perjanjian bilateral.

Pemilu 1967: Langkah Terakhir

Pemilu 1967 menjadi referendum de facto untuk kemerdekaan. MLP, dipimpin Ramgoolam, membentuk Koalisi Kemerdekaan dengan partai Muslim dan lainnya, memenangkan 54% suara melawan PMSD yang pro-kolonial. Kemenangan ini memastikan dukungan mayoritas untuk kemerdekaan. Menurut bobobox.com, kampanye damai dan negosiasi diplomatik mencegah konflik besar, meskipun ada ketegangan etnis.

Proklamasi Kemerdekaan: 12 Maret 1968

Pada 12 Maret 1968, Mauritius resmi merdeka sebagai monarki konstitusional dalam Persemakmuran Inggris, dengan Ratu Elizabeth II sebagai kepala negara dan Sir Seewoosagur Ramgoolam sebagai Perdana Menteri pertama. Menurut AfricanArchives di X, upacara kemerdekaan di Port Louis dihadiri oleh ribuan warga dan perwakilan internasional. Bendera Mauritius—dengan warna merah (keberanian), biru (Samudra Hindia), kuning (kemerdekaan), dan hijau (vegetasi)—dikibarkan untuk pertama kali. Lagu kebangsaan Motherland, diciptakan oleh Jean Georges Prosper dan Philippe Gentil, menjadi simbol persatuan.

Perkembangan Pasca-Kemerdekaan

Transisi ke Republik (1992)

Mauritius tetap sebagai monarki konstitusional hingga 1992, ketika menjadi republik dalam Persemakmuran. Sir Anerood Jugnauth, Perdana Menteri sejak 1982, menjadi Presiden pertama. Menurut id.wikipedia.org, transisi ini memperkuat identitas nasional tanpa mengganggu stabilitas politik.

Stabilitas Politik dan Demokrasi

Mauritius dikenal sebagai satu-satunya negara Afrika dengan demokrasi penuh, menurut Economist Democracy Index. Pemilu reguler, seperti pada 2005 dan 2010, menunjukkan stabilitas. Menurut en.wikipedia.org, Navin Ramgoolam (putra Seewoosagur) memimpin sebagai Perdana Menteri pada 2005–2014. Paul Bérenger, Perdana Menteri pertama keturunan Prancis-Mauritius pada 2003, menandai inklusivitas etnis.

Ekonomi dan Diversifikasi

Menurut salamyogyakarta.com, Mauritius beralih dari ekonomi agraris berbasis tebu menjadi ekonomi berpendapatan tinggi dengan fokus pada pariwisata, keuangan, dan industri. Pada 2025, pendapatan per kapita mencapai $19.600, salah satu tertinggi di Afrika. Pariwisata, didukung oleh pantai mewah dan situs warisan dunia seperti Aapravasi Ghat, menyumbang pendapatan besar. Menurut tempo.co, target pariwisata 2018 mencapai 1,425 juta wisatawan.

Keberagaman Budaya

Menurut liputan6.com, 48,5% penduduk Mauritius beragama Hindu, menjadikannya satu-satunya negara Afrika dengan mayoritas Hindu. Kristen (32,7%) dan Islam (17,2%) juga signifikan. Bahasa Kreol Mauritius, berbasis Prancis, adalah lingua franca, sementara Inggris dan Prancis digunakan dalam pendidikan dan administrasi. Masakan, tarian Sega, dan prangko bersejarah seperti Red Penny mencerminkan warisan Belanda, Prancis, India, dan Kreol.

Tantangan dan Kontroversi

Sengketa Chagos

Pemisahan Chagos tetap menjadi isu sensitif. Menurut en.wikipedia.org, pengusiran penduduk Chagos dan penggunaan Diego Garcia sebagai pangkalan militer AS memicu kritik global. Keputusan Pengadilan Internasional dan perjanjian 2025 menegaskan kedaulatan Mauritius, meskipun implementasinya masih berlangsung.

Ketimpangan Etnis

Meskipun harmonis, ketegangan etnis antara Indo-Mauritius dan Kreol kadang muncul, terutama dalam politik. Menurut bobobox.com, pemerintah berupaya mempromosikan inklusivitas melalui pendidikan multikultural.

Mauritius di Dunia (2025)

Mauritius adalah anggota PBB, Uni Afrika, Persemakmuran, La Francophonie, dan Komisi Samudra Hindia. Menurut id.wikipedia.org, hubungan diplomatik dengan China (sejak 1972) dan Timur Tengah memperkuat posisinya. Negara ini juga bebas militer, dengan keamanan diurus oleh polisi, menjadikannya salah satu negara terdamai menurut Global Peace Index.

Kesimpulan

Sejarah kemerdekaan Mauritius adalah kisah ketahanan, diplomasi, dan transformasi. Dari pulau tak berpenghuni yang dijajah Portugis, Belanda, Prancis, dan Inggris, Mauritius bangkit sebagai negara merdeka pada 12 Maret 1968, di bawah kepemimpinan Sir Seewoosagur Ramgoolam. Perjuangan politik yang damai, didukung oleh reformasi konstitusional dan koalisi multietnis, memungkinkan transisi mulus. Pasca-kemerdekaan, Mauritius menjadi model demokrasi dan kemakmuran di Afrika, dengan ekonomi beragam dan budaya multikultural. Meskipun menghadapi tantangan seperti sengketa Chagos, Mauritius terus menunjukkan komitmen pada stabilitas dan pembangunan. Seperti dikatakan Dr. Ameenah Gurib-Fakim, mantan Presiden Mauritius, “Kekayaan Mauritius bukan dari minyak, tetapi dari sumber daya manusianya.” Pada Mei 2025, Mauritius tetap menjadi “surga dunia” yang menginspirasi dengan perjalanan bersejarahnya.

BACA JUGA: Panel Distribusi, Breaker, dan MCB: Fungsi, Komponen, dan Aplikasi dalam Sistem Kelistrikan

BACA JUGA: Hukum Acara (Formil): Pengertian, Prinsip, dan Penerapan di Indonesia

BACA JUGA: Badut-badut Politik: Fenomena, Dampak, dan Respons Masyarakat di Indonesia