marylandleather.com, 13 MEI 2025
Penulis: Riyan Wicaksono
Editor: Muhammad Kadafi
Tim Redaksi: Diplomasi Internasional Perusahaan Victory88
El Salvador, negara kecil di Amerika Tengah yang dikenal dengan julukan “Tanah Gunung Berapi” dan nama resmi República de El Salvador (Republik Sang Penyelamat), memiliki sejarah kemerdekaan yang kaya dan kompleks. Sejarah ini tidak hanya mencerminkan perjuangan melawan penjajahan Spanyol, tetapi juga dinamika regional Amerika Tengah yang melibatkan berbagai kekuatan politik, sosial, dan ekonomi. Artikel ini akan menguraikan secara mendetail proses menuju kemerdekaan El Salvador, mulai dari masa pra-kolonial, penjajahan Spanyol, perjuangan kemerdekaan, hingga pembentukan republik merdeka pada abad ke-19.
1. Latar Belakang Pra-Kolonial: Cuzcatlán, Tanah Berharga
Sebelum kedatangan bangsa Spanyol, wilayah yang kini menjadi El Salvador dikenal sebagai Cuzcatlán oleh suku Pipil, sebuah kelompok berbahasa Nahuatl yang berarti “tanah tempat benda-benda berharga” dalam bahasa mereka. Wilayah ini merupakan rumah bagi berbagai peradaban Mesoamerika, termasuk suku Maya dan kemungkinan pengaruh Olmec pada milenium pertama sebelum Masehi. Suku Pipil mendominasi wilayah ini pada abad ke-11, membentuk masyarakat agraris yang terorganisir dengan sistem politik dan ekonomi yang kompleks.
Pada masa pra-kolonial, Cuzcatlán dikenal karena kekayaan alamnya, termasuk tanah vulkanik yang subur, yang mendukung pertanian seperti kakao, jagung, dan kapas. Struktur sosialnya dipimpin oleh elit bangsawan dan pendeta, dengan komunitas petani sebagai tulang punggung ekonomi. Namun, kedatangan bangsa Spanyol pada abad ke-16 mengubah lanskap sosial, budaya, dan politik wilayah ini secara drastis.
2. Penjajahan Spanyol: Penaklukan dan Eksploitasi
Kedatangan bangsa Spanyol di Amerika Tengah dimulai pada awal abad ke-16, sebagai bagian dari ekspansi Kekaisaran Spanyol setelah penaklukan Aztec oleh Hernán Cortés. Pada Juni 1524, Pedro de Alvarado, seorang letnan Cortés, memimpin ekspedisi pertama ke wilayah yang kini menjadi El Salvador. Namun, upaya awal ini menemui perlawanan sengit dari suku Pipil dan kelompok pribumi lainnya, yang berhasil memaksa Spanyol mundur ke Guatemala.
Dibutuhkan dua ekspedisi tambahan—pada 1525 dan 1528—untuk akhirnya menaklukkan wilayah ini. Setelah penaklukan, Spanyol mendirikan koloni yang dinamakan Provincia De Nuestro Señor Jesucristo El Salvador Del Mundo (Provinsi Tuhan Kami Yesus Kristus, Sang Juruselamat Dunia), yang kemudian disingkat menjadi El Salvador. Kota San Salvador, yang berarti “Penyelamat Suci,” didirikan oleh Gonzalo de Alvarado pada 1525 sebagai pusat administrasi kolonial.
Selama tiga abad penjajahan Spanyol, El Salvador menjadi bagian dari Viceroyalty of New Spain (Kekaisaran Spanyol Baru) yang berpusat di Mexico City. Wilayah ini dikelola melalui sistem encomienda, di mana penduduk pribumi dipaksa bekerja untuk tuan tanah Spanyol sebagai imbalan atas “perlindungan” dan pengajaran agama Katolik. Eksploitasi ini menyebabkan penurunan drastis populasi pribumi akibat penyakit Eropa, kerja paksa, dan perbudakan.
Ekonomi kolonial El Salvador bergantung pada perkebunan nila, yang menjadi komoditas ekspor utama pada abad ke-17 dan ke-18. Namun, ketimpangan sosial antara elit Kreol (keturunan Spanyol lahir di Amerika), mestizo (campuran Spanyol dan pribumi), dan penduduk asli menciptakan ketegangan yang menjadi cikal bakal gerakan kemerdekaan.
3. Menuju Kemerdekaan: Faktor Internal dan Eksternal
Pada akhir abad ke-18, berbagai faktor mulai melemahkan kekuasaan Spanyol di Amerika Tengah. Secara eksternal, Revolusi Amerika (1776) dan Revolusi Prancis (1789) menginspirasi gagasan tentang kebebasan dan kedaulatan rakyat. Secara internal, ketidakpuasan terhadap pajak tinggi, korupsi kolonial, dan diskriminasi terhadap Kreol memicu semangat pemberontakan.
Pada 1810, perjuangan kemerdekaan Meksiko yang dipimpin oleh Miguel Hidalgo memengaruhi elit Amerika Tengah, termasuk di El Salvador. Pada 5 November 1811, terjadi pemberontakan pertama di San Salvador yang dipimpin oleh pendeta José Matías Delgado, yang dikenal sebagai “El Padre de la Patria” (Bapak Bangsa). Pemberontakan ini, meskipun gagal, menandai awal kesadaran nasional di El Salvador. Upaya serupa terjadi pada 1814, tetapi kembali ditumpas oleh otoritas kolonial.
Pada saat yang sama, perang kemerdekaan di Meksiko semakin intensif, yang berpuncak pada deklarasi kemerdekaan Meksiko pada 16 September 1821 di bawah kepemimpinan Agustín de Iturbide. Peristiwa ini menjadi katalis bagi provinsi-provinsi Amerika Tengah, termasuk El Salvador, untuk menyatakan kemerdekaan dari Spanyol.
4. Kemerdekaan El Salvador: Bergabung dengan Kekaisaran Meksiko
Pada 15 September 1821, para pemimpin Amerika Tengah di Guatemala City mendeklarasikan kemerdekaan dari Spanyol melalui Acta de Independencia. El Salvador, bersama dengan provinsi lain seperti Guatemala, Honduras, Nikaragua, dan Kosta Rika, menjadi bagian dari deklarasi ini. Namun, kemerdekaan ini tidak langsung menghasilkan kedaulatan penuh, karena Amerika Tengah segera dianeksasi oleh Kekaisaran Meksiko Pertama di bawah Kaisar Agustín de Iturbide.
Aneksasi ini tidak diterima dengan baik di El Salvador. Pada 1822, José Matías Delgado dan Manuel José Arce memimpin perlawanan terhadap aneksasi Meksiko, menyatakan bahwa El Salvador harus tetap independen. Namun, pasukan Meksiko di bawah Vicente Filísola menaklukkan San Salvador pada Februari 1823, memaksa El Salvador bergabung dengan kekaisaran.
Kekaisaran Meksiko tidak bertahan lama. Pada 1823, Iturbide digulingkan, dan Amerika Tengah memanfaatkan kekacauan ini untuk memisahkan diri. Pada 1 Juli 1823, provinsi-provinsi Amerika Tengah mendeklarasikan kemerdekaan absolut dari Meksiko dan membentuk Provincias Unidas del Centro de América (Provinsi Bersatu Amerika Tengah), sebuah federasi yang dipimpin oleh Jenderal Manuel José Arce.
5. Provinsi Bersatu Amerika Tengah: Tantangan Federasi
El Salvador menjadi salah satu dari lima negara anggota federasi ini, bersama dengan Guatemala, Honduras, Nikaragua, dan Kosta Rika. Federasi ini bertujuan untuk menciptakan persatuan politik dan ekonomi di kawasan, tetapi sejak awal menghadapi tantangan besar, termasuk konflik antara kaum liberal (yang mendukung pemerintahan terpusat dan sekuler) dan konservatif (yang mendukung otonomi provinsi dan pengaruh gereja).
Di El Salvador, kaum liberal seperti José Matías Delgado memainkan peran penting dalam mendorong reformasi, termasuk penghapusan perbudakan pada 1824, salah satu yang pertama di Amerika. Namun, ketegangan antara provinsi-provinsi dan lemahnya pemerintahan federal menyebabkan instabilitas. Pada 1826–1829, perang saudara meletus di federasi, melemahkan persatuan.
Pada 1838, federasi akhirnya bubar setelah Honduras dan Nikaragua memisahkan diri. El Salvador secara resmi mendeklarasikan dirinya sebagai republik merdeka pada 25 Januari 1841, dengan konstitusi pertama yang disahkan pada 1841. Kemerdekaan ini menandai awal baru, tetapi juga membawa tantangan besar dalam membangun negara yang stabil.
6. Republik El Salvador: Revolusi dan Upaya Persatuan Regional
Sejarah awal El Salvador sebagai negara merdeka ditandai oleh instabilitas politik dan sejumlah revolusi. Antara 1841 dan 1872, negara ini mengalami pergantian presiden yang sering, kudeta militer, dan konflik dengan negara tetangga. Ekonomi El Salvador mulai bergeser dari nila ke kopi pada pertengahan abad ke-19, yang menjadi tulang punggung ekspor tetapi juga memperdalam ketimpangan sosial.
Meskipun federasi Amerika Tengah telah bubar, El Salvador tetap aktif dalam upaya menyatukan kembali kawasan. Antara 1872 dan 1898, El Salvador, bersama Honduras dan Nikaragua, berulang kali mencoba membentuk uni regional. Salah satu upaya penting adalah Pakta Amapala pada 1895, yang membentuk Republik Besar Amerika Tengah (kemudian dinamai Negara Amerika Tengah Serikat pada 1898). Namun, Guatemala dan Kosta Rika tidak bergabung, dan uni ini bubar pada 1898 akibat konflik internal.
7. Tantangan Pasca-Kemerdekaan: Oligarki dan Ketimpangan
Setelah kemerdekaan, El Salvador dikuasai oleh elit ekonomi yang berbasis pada pertanian, terutama kopi, dan didukung oleh militer. Sistem politiknya didominasi oleh oligarki, dengan presiden yang sebagian besar berasal dari kalangan militer hingga 1980. Pemilu jarang berlangsung secara adil, dan kekuasaan terkonsentrasi di tangan segelintir keluarga elit.
Ketimpangan sosial ini memicu ketegangan, yang berpuncak pada pemberontakan petani pada 1932, dikenal sebagai La Matanza (Pembantaian). Dipimpin oleh Farabundo Martí, pemberontakan ini ditumpas dengan kejam oleh pemerintahan Jenderal Maximiliano Hernández Martínez, menyebabkan sekitar 30.000 kematian, terutama di kalangan penduduk asli dan petani. Peristiwa ini meninggalkan luka mendalam dalam sejarah El Salvador dan memperkuat dominasi militer.
Perang Saudara El Salvador (1980–1992) menjadi puncak dari ketegangan sosial yang berakar dari ketimpangan pasca-kemerdekaan. Perang ini, yang menewaskan lebih dari 75.000 jiwa, melibatkan pemerintah militer yang didukung AS melawan gerilyawan revolusioner yang menerima bantuan Soviet. Perjanjian damai pada 1992 mengakhiri konflik dan membuka jalan bagi demokrasi, tetapi tantangan seperti kemiskinan dan kekerasan geng tetap ada hingga kini.
8. Warisan Kemerdekaan El Salvador
Kemerdekaan El Salvador pada 1821 adalah titik balik dalam sejarahnya, tetapi perjalanan menuju stabilitas dan keadilan sosial masih panjang. Nama El Salvador, yang merujuk pada Yesus Kristus sebagai Penyelamat, mencerminkan pengaruh agama Katolik yang kuat dalam identitas nasional. Namun, sejarahnya juga dipenuhi dengan perjuangan melawan ketidakadilan, dari penjajahan Spanyol hingga dominasi oligarki.
Hari ini, El Salvador dikenal sebagai negara yang berinovasi, misalnya dengan mengadopsi Bitcoin sebagai alat pembayaran sah pada 2021, tetapi juga menghadapi tantangan seperti kriminalitas dan ketimpangan ekonomi. Warisan kemerdekaannya mengajarkan bahwa kedaulatan bukan hanya tentang bebas dari penjajahan, tetapi juga tentang membangun masyarakat yang adil dan sejahtera.
Sumber Referensi
BACA JUGA: Panduan Lengkap Travelling ke Republik Ceko untuk Wisatawan Indonesia
BACA JUGA : Lingkungan, Sumber Daya Alam, dan Penduduk Republik Ceko: Analisis Mendalam
BACA JUGA : Seni dan Tradisi Negara Republik Ceko: Warisan Budaya yang Kaya dan Beragam