marylandleather.com, 17 MEI 2025
Penulis: Riyan Wicaksono
Editor: Muhammad Kadafi
Tim Redaksi: Diplomasi Internasional Perusahaan Victory88
Antigua dan Barbuda, sebuah negara kepulauan di Karibia Timur, mencapai kemerdekaan dari Inggris pada 1 November 1981, menjadi negara merdeka dalam Persemakmuran (Commonwealth of Nations). Perjalanan menuju kemerdekaan ini adalah kisah panjang yang melibatkan kolonisasi Eropa, perbudakan, perjuangan buruh, dan kebangkitan nasionalisme di tengah dinamika politik regional. Dengan Vere Cornwall Bird sebagai Perdana Menteri pertama, negara ini berhasil mengatasi tantangan internal, termasuk ketegangan antara Antigua dan Barbuda, untuk membentuk identitas nasional yang kuat. Artikel ini mengulas secara mendalam sejarah kemerdekaan Antigua dan Barbuda, mencakup latar belakang kolonial, perjuangan menuju otonomi, tokoh-tokoh kunci, dan tantangan pasca-kemerdekaan, dengan mengacu pada sumber-sumber terpercaya seperti Britannica, Wikipedia, dan situs resmi pemerintah Antigua dan Barbuda.
1. Latar Belakang Sejarah: Dari Penduduk Asli hingga Kolonisasi 
1.1 Penduduk Asli dan Penemuan Eropa
Sebelum kedatangan Eropa, wilayah yang kini menjadi Antigua dan Barbuda dihuni oleh masyarakat pribumi, termasuk suku Arawak dan Carib. Menurut Wikipedia, pemukiman tertua di Antigua berasal dari masyarakat “Archaic People” sekitar 2900 SM, diikuti oleh suku Saladoid yang bermigrasi dari Venezuela sekitar abad pertama Masehi. Suku Carib, yang dikenal sebagai pelaut ulung, kemudian mendominasi wilayah ini hingga abad ke-16, tetapi meninggalkan Antigua karena kekurangan air tawar.
Pada 1493, Christopher Columbus mendarat di Antigua selama pelayaran keduanya ke Dunia Baru dan menamakannya setelah Gereja Santa Maria de la Antigua di Sevilla, Spanyol. Namun, Spanyol tidak menetap karena kurangnya air tawar dan perlawanan dari suku Carib. Barbuda, yang berjarak 40 km di utara Antigua, tetap tidak dihuni hingga kolonisasi Inggris.
1.2 Kolonisasi Inggris dan Era Perbudakan
Inggris mulai menjajah Antigua pada 1632 di bawah pimpinan Edward Warner, yang mendirikan koloni permanen pertama. Barbuda dijajah pada 1661 dari Antigua dan disewakan kepada keluarga Codrington pada 1685 oleh Raja Charles II. Rencananya, Barbuda akan menjadi koloni pembiakan budak, tetapi rencana ini gagal, dan budak yang diimpor membentuk komunitas yang mandiri.
Selama abad ke-17 dan 18, ekonomi Antigua bergantung pada perkebunan tembakau, yang kemudian beralih ke tebu karena lebih menguntungkan. Perdagangan budak transatlantik memainkan peran sentral, dengan puluhan ribu orang Afrika dari wilayah seperti Bight of Biafra, Gold Coast, dan Senegambia diangkut secara paksa untuk bekerja di perkebunan tebu. Kondisi kerja yang brutal memicu perlawanan, termasuk pemberontakan yang dipimpin oleh Prince Klaas pada 1728, yang berusaha mendirikan kerajaan merdeka di Antigua. Namun, pemberontakan ini gagal, dan represi keras dari Inggris mengikuti.
Pada 1834, perbudakan dihapuskan di seluruh Kekaisaran Inggris, termasuk Antigua dan Barbuda. Berbeda dengan koloni lain yang menerapkan masa transisi “apprenticeship,” Antigua langsung membebaskan budaknya. Namun, kurangnya program transisi membuat mantan budak tetap bergantung secara ekonomi pada pemilik perkebunan, dengan kondisi kerja yang buruk dan upah rendah.
2. Perkembangan Menuju Otonomi 
2.1 Abad ke-19: Integrasi Barbuda dan Diversifikasi Etnis
Pada akhir abad ke-19, Barbuda kembali ke kendali mahkota Inggris dan menjadi dependensi Antigua, dengan administrasi yang semakin terintegrasi. Hal ini memicu ketegangan, karena penduduk Barbuda merasa terpinggirkan secara ekonomi oleh Antigua yang lebih besar.
Abad ke-18 dan 19 juga menyaksikan peningkatan keragaman etnis. Menurut ab.gov.ag, pada 1846, sekitar 2.000 pekerja dari Madeira dan Kepulauan Cape Verde diimpor untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja pasca-emansipasi. Pada awal abad ke-20, pedagang dari Lebanon tiba, diikuti oleh imigran Suriah pada 1950-an, yang berkontribusi pada kelas menengah kolonial. Keragaman ini memperkaya budaya Kreol Antigua dan Barbuda, tetapi juga memicu agitasi untuk hak yang lebih besar.
2.2 Abad ke-20: Kebangkitan Gerakan Buruh
Kondisi kerja yang buruk berlanjut hingga 1939, ketika sebuah komisi kerajaan merekomendasikan pembentukan serikat pekerja. Antigua Trades and Labour Union (ATLU) didirikan pada 1939, menjadi kendaraan politik bagi Vere Cornwall Bird, yang terpilih sebagai presidennya pada 1943. ATLU memainkan peran kunci dalam memperjuangkan hak pekerja dan membuka jalan bagi nasionalisme.
Pada 1946, Antigua Labour Party (ALP), yang dibentuk oleh Bird dan serikat pekerja lainnya, mulai mengikuti pemilu dan menjadi partai mayoritas pada 1951, memulai dominasi politik yang panjang. Pemilu pertama dengan hak pilih terbatas diadakan pada 1937, tetapi baru pada 1951 pemilu demokratis penuh digelar, menandai langkah penting menuju otonomi.
3. Perjalanan Menuju Kemerdekaan 
3.1 Federasi Leeward Islands dan West Indies Federation
Antigua dan Barbuda adalah bagian dari Koloni Leeward Islands dari 1871 hingga 1956, ketika federasi ini dibubarkan. Pada 1958, kedua pulau ini bergabung dengan West Indies Federation, sebuah upaya untuk menciptakan negara federal di Karibia Inggris. Namun, federasi ini bubar pada 1962 karena perselisihan antarnegara anggota, terutama antara Jamaika dan Trinidad dan Tobago.
Setelah bubarnya federasi, Antigua melanjutkan diskusi tentang bentuk federasi alternatif, tetapi fokus mulai beralih ke kemerdekaan penuh. Pada 27 Februari 1967, Antigua dan Barbuda menjadi negara asosiasi Inggris berdasarkan West Indies Act 1967, memperoleh otonomi penuh dalam urusan dalam negeri, sementara Inggris mempertahankan kendali atas pertahanan dan urusan luar negeri.
3.2 Kebangkitan Nasionalisme dan Peran Vere Bird
Pada 1970-an, gerakan kemerdekaan menguat di bawah kepemimpinan George Walter dari Progressive Labour Movement (PLM), yang menggantikan Bird sebagai Perdana Menteri pada 1971–1976. Walter mendorong kemerdekaan penuh dan menolak rencana Inggris untuk kemerdekaan dalam federasi pulau-pulau Karibia. Namun, pada pemilu 1976, Vere Bird dan ALP kembali berkuasa, kali ini dengan sikap yang berubah mendukung kemerdekaan penuh.
Pada 1978, pemerintah ALP Bird secara resmi mengumumkan niat untuk mencari kemerdekaan penuh dari Inggris. Keputusan ini didorong oleh gelombang dekolonisasi global dan meningkatnya kesadaran nasional di Karibia. Menurut Blue Waves Caribbean, Vere Bird, seorang pemimpin karismatik, memainkan peran sentral dalam memobilisasi dukungan rakyat untuk kemerdekaan.
3.3 Tantangan dari Barbuda
Proses menuju kemerdekaan tidak berjalan mulus, terutama karena ketegangan dengan Barbuda. Penduduk Barbuda merasa dieksploitasi secara ekonomi oleh Antigua dan menuntut otonomi atau bahkan pemisahan. Pada Desember 1967, delegasi Barbuda yang dipimpin oleh McChesney George melakukan perjalanan ke London untuk menuntut status negara asosiasi terpisah, dengan George menyatakan bahwa Barbudans “100 persen mendukung pemisahan dari Antigua.” Namun, Inggris menolak permintaan ini, dan Barbuda tetap menjadi dependensi Antigua.
Ketegangan ini mempersulit pembicaraan kemerdekaan, karena Barbuda khawatir kehilangan kendali atas tanah komunalnya. Meskipun demikian, negosiasi berlanjut, dan pada 1981, kedua pulau sepakat untuk merdeka sebagai satu negara, dengan Barbuda mempertahankan otonomi terbatas melalui Barbuda Council.
3.4 Kemerdekaan pada 1 November 1981
Setelah negosiasi panjang, Antigua dan Barbuda mencapai kemerdekaan penuh pada 1 November 1981, dengan Vere Bird sebagai Perdana Menteri pertama. Bendera Union Jack diturunkan, dan bendera nasional baru dikibarkan, melambangkan era baru. Negara ini tetap berada dalam Persemakmuran, dengan Ratu Elizabeth II sebagai Kepala Negara pertama, diwakili oleh Gubernur Jenderal Sir Wilfred Jacobs. Antigua dan Barbuda juga menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Organisasi Negara-negara Karibia Timur (OECS), dan Persemakmuran.
4. Pasca-Kemerdekaan: Tantangan dan Perkembangan 
4.1 Dominasi Politik ALP dan Keluarga Bird
Pasca-kemerdekaan, politik Antigua dan Barbuda didominasi oleh ALP dan keluarga Bird. Vere Bird memerintah dari 1981 hingga 1994, diikuti oleh putranya, Lester Bird, hingga 2004. ALP memenangkan pemilu 1984 dan 1989 dengan mayoritas besar, memberikan Bird kendali kuat atas pemerintahan. Namun, periode ini diwarnai oleh skandal korupsi dan tuduhan penyalahgunaan kekuasaan, termasuk tuduhan perdagangan senjata yang melibatkan Vere Bird Jr. pada 1990.
Pada 2004, United Progressive Party (UPP) di bawah Baldwin Spencer memenangkan pemilu, mengakhiri dominasi ALP untuk pertama kalinya sejak 1976. Namun, ALP kembali berkuasa pada 2014 di bawah Gaston Browne, yang tetap menjadi Perdana Menteri hingga 2025.
4.2 Perkembangan Ekonomi
Setelah kemerdekaan, ekonomi Antigua dan Barbuda beralih dari pertanian (tebu) ke pariwisata, yang kini menjadi tulang punggung ekonomi, menyumbang sebagian besar pendapatan dan lapangan kerja. Menurut Britannica, pariwisata rentan terhadap bencana alam seperti Badai Luis (1995) dan Badai Irma (2017), yang menghancurkan 95% bangunan di Barbuda. Negara ini juga mengembangkan sektor jasa keuangan dan perjudian daring, meskipun menghadapi tantangan seperti tuduhan pencucian uang pada 1999.
4.3 Isu Barbuda dan Gerakan Republik
Ketegangan dengan Barbuda tetap menjadi isu pasca-kemerdekaan. Gerakan separatis Barbuda, yang muncul pada 1969, terus menuntut otonomi lebih besar, terutama untuk melindungi sistem kepemilikan tanah komunal. Badai Irma pada 2017 memperburuk ketegangan, karena pembangunan kembali Barbuda memicu kekhawatiran tentang pengambilalihan tanah oleh pengembang asing.
Pada 2022, Perdana Menteri Gaston Browne mengumumkan rencana referendum untuk mengubah Antigua dan Barbuda menjadi republik, menghapus monarki Inggris sebagai kepala negara. Namun, hingga 2025, referendum ini belum dilaksanakan, dan negara tetap menjadi monarki konstitusional dengan Raja Charles III sebagai kepala negara.
5. Tokoh-Tokoh Kunci dalam Perjuangan Kemerdekaan
-
Vere Cornwall Bird: Pendiri ALP dan Perdana Menteri pertama, Bird adalah arsitek utama kemerdekaan. Kepemimpinannya melalui ATLU dan ALP memobilisasi rakyat untuk otonomi dan kemerdekaan.
-
George Walter: Pemimpin PLM dan Perdana Menteri 1971–1976, Walter mempercepat gerakan kemerdekaan dengan menolak federasi regional yang diusulkan Inggris.
-
McChesney George: Pemimpin delegasi Barbuda yang menuntut pemisahan pada 1967, mewakili aspirasi otonomi Barbuda.
-
Sir Wilfred Jacobs: Gubernur Jenderal pertama pasca-kemerdekaan, yang mewakili Ratu Elizabeth II dan memainkan peran seremonial penting.
6. Dampak Kemerdekaan
6.1 Identitas Nasional
Kemerdekaan memungkinkan Antigua dan Barbuda membangun identitas nasional yang berakar pada warisan Kreol, menggabungkan pengaruh Afrika, Inggris, Portugis, dan Suriah. Perayaan seperti Antigua Carnival, yang menarik ribuan wisatawan, menjadi simbol kebanggaan budaya.
6.2 Hubungan Internasional
Sebagai anggota PBB, OECS, dan Persemakmuran, Antigua dan Barbuda memainkan peran aktif di panggung internasional. Negara ini menjalin hubungan erat dengan AS, termasuk kerja sama anti-narkoba dan keamanan regional. Namun, perselisihan dengan AS terkait industri perjudian daring pada 2003–2007 menunjukkan tantangan dalam menegaskan kedaulatan ekonomi.
6.3 Tantangan Berkelanjutan
Meskipun merdeka, Antigua dan Barbuda menghadapi tantangan seperti polarisasi politik, kebebasan pers yang menurun, dan kerentanan terhadap perubahan iklim. Gerakan otonomi Barbuda dan rencana transisi ke republik tetap menjadi isu yang membentuk masa depan negara ini.
7. Kesimpulan
Sejarah kemerdekaan Antigua dan Barbuda adalah kisah ketahanan, dari perjuangan melawan perbudakan hingga kebangkitan nasionalisme di abad ke-20. Didorong oleh tokoh seperti Vere Bird dan George Walter, negara ini mengatasi tantangan kolonialisme dan ketegangan internal untuk mencapai kedaulatan pada 1 November 1981. Meskipun menghadapi skandal politik dan bencana alam pasca-kemerdekaan, Antigua dan Barbuda telah membangun ekonomi berbasis pariwisata dan identitas nasional yang kuat. Seperti yang dikatakan oleh Blue Waves Caribbean, kemerdekaan adalah “kemenangan monumental” bagi rakyat Antigua dan Barbuda, yang terus membentuk masa depan mereka dengan semangat ketahanan dan persatuan. Dengan potensi transisi ke republik dan tantangan lingkungan, negara ini berdiri di persimpangan sejarah, siap untuk menulis babak baru dalam perjalanannya.
Referensi
-
Britannica. (2025). Antigua and Barbuda – Colonialism, Independence, Tourism.
-
Blue Waves Caribbean. (2023). How Did Antigua and Barbuda Gain Independence?
-
Vocal Media. (2024). Antigua and Barbuda: A Journey Through Time and Resilience.
BACA JUGA: Detail Planet Saturnus: Karakteristik, Struktur, dan Keajaiban Kosmik
BACA JUGA: Cerita Rakyat Yunani: Warisan Mitologi dan Kebijaksanaan Kuno
BACA JUGA: Dampak Positif dan Negatif Media Sosial di Era 2025: Peluang dan Tantangan dalam Kehidupan Digital